Alien

Minggu, 02 Juni 2013.



Entah sudah berapa banyak uangku yang telah habis hanya untuk memastikan kebenaran berita alien. Kata orang, aku ini terlalu terobsesi akannya, dan mau saja dibodohi orang untuk sepotong berita bohong. Tapi aku tak peduli pendapat yang lain. Mereka tak tahu bahwa aku mencari sosok mahluk hijau yang pernah menampakkan diri dihadapanku beberapa tahun yang lalu. Ketika malam itu kutemukan dia di pinggir pantai Sigandu. Aku harus menemukannya untuk membuktikan bahwa aku tidak gila. Mahluk itu memang ada. Hari ini aku mendapat informasi bahwa dia telah muncul di pinggiran kota kecil ini, dan aku sekarang telah berada di tempat yang tepat untuk membuktikan kebenaran ini.

"Kata orang-orang di desa ini, anda pernah bertemu dengan alien di sini?" tanyaku pada seorang wanita pemilik rumah kecil di ujung jalan.

"Yah, itu benar," jawabnya mantap.

"Kapan pertama kali anda melihatnya?" interogasi segera kumulai.

"Wah, sudah lama sekali pak." 

"Dapatkah anda lebih menyebutkan waktu yang lebih spesifik?"

"Ehmm.... saya lupa... he... he... he... Maaf..."

"Oh tidak apa-apa..." ucapku melemah.

"Eh, tapi saya punya sesuatu," katanya.

"Apakah itu bisa jadi bukti yang berkaitan dengan alien itu?" 

"Ya, saya bisa memperlihatkannya pada anda.”

"Bagus sekali... Bagaimana kalau anda memperlihatkannya sekarang," ajakku.

"Mari... ikuti saya..."

Perempuan itu bangkit dari tempat duduknya dan mulai berjalan. Ada yang aneh dengan perempuan itu, senyum-senyum terus dan matanya berkilat-kilat. Harus berhati-hati, batinku.

" Sebenarnya di sini tinggal satu alien, Pak," jelasnya membuatku penasaran.

"Apa? Anda menyembunyikan alien di rumah?" dahiku mengkerut. "Ini gejala yang sangat tidak baik. Ingat-ingat, pisau saku ada dikantong kanan," gumamku.

"Iya, Bapak kok kelihatan kaget sekali? He...he...he...Dia tidak berbahaya, malah ramah," jelasnya lagi.

"Saya tidak takut, hanya kaget aja” alibiku.

Dia tertawa.

“Anda begitu berani menyembunyikannya di sini. Apa tidak ada radiasi? tidak takut dijauhi tetangga?" serbuan pertanyaan mengisi langkah kami.

"Saya tidak merasa ada radiasi. Saya juga tidak takut dijauhi tetangga, karena saya merahasiakannya," jawabnya ketika kami sampai di sebuiah ruangan.

"Lalu mengapa anda memberitahu rahasia itu pada saya?"

"Ha...ha...ha... karena Bapak kelihatan bisa dipercaya dan percaya adanya alien.”

"Begitu?"heranku.

"Kita sudah sampai. Alien itu ada dibalik pintu ini." 

"Hah ! Anda menyembunyikan alien di dalam lemari???!!!" tegasku tak percaya. Aku berhadapan dengan seorang psycho, batinku.

"Duh... Suara bapak keras sekali, saya sampai kaget. Iya, saya menyembunyikannya di sini, tempatnya agak aneh memang. "

Perempuan itu membuka pintu lemari dengan perlahan, lalu tampaklah isi lemari itu, kosong melompong.
"Hei ! Jangan bercanda dengan saya. Lemari ini kosong !"

"Siapa bilang ini kosong. Coba lihat apa yang ada dibalik pintu itu. Perhatikan dengan seksama." 

"Apa ?! Hanya ada cermin seluruh badan!!! Anda main-main dengan saya yah...?!!!"

"Saya tidak main-main pak. Perhatikan cermin itu, Lihat, Ada satu alien yang sedang melambaikan tangannya pada anda. "

"Itu anda yang sedang melambaikan tangan pada saya ! Anda sinting !” aku melangkah keluar, muak dengan kekonyolan ini.

"Loh, jangan pergi dulu. Saya kan mengatakan yang sebenarnya. Saya ini alien yang datang ke bumi dan sekarang menetap di sini." Katanya dengan wajah pakem menghentikan langkahku.

"Tolong simpan bualan anda, saya bukan orang yang mudah dibodohi lagi. Lebih baik, anda coba berobat ke psikiater seperti saya beberapa tahun yang lalu. Mereka akan mengembalikan logika ke arah yang seharusnya. Saya pergi ! Permisi !"

Dengan langkah tergesa, aku melesat sejauh-jauhnya dari rumah itu.

                                     ***

Sementara perempuan itu berdiri mematung dan tetap bercermin. Sesekali dia mengelus alisnya dengan jari telunjuk kirinya...

"Jkjkllk fasdff dfdfd ddd dfdfadf erkjl;er ererer, drtr?" (Sudah berapa lama kau mendengarkan aku, hah?)

"Wertrttrt errtrgfg fgsdg dfgf fdgfglsgf'kkg k;sfgkfgfg..." (Cukup lama. Mengapa kau katakan yang sebenarnya pada manusia itu? Kau membahayakan keberadaan kita.)

"Dfasdffadf dfklk;l'kl; dfdf oierierdfm...sffd fewwerdfdfrgaa.... ooerikt orieori..." (Manusia memang seperti itu. Mudah percaya kabar burung, namun kadang menafikan kenyataan ketika sudah di hadapan.)

"Fdfsdf....werrwerlj; okkerg.... ereetrtr ggagfhgfh ...dfdfeerertfg dfdfsdfkl';;l['per'pk'gll" (Tapi percuma kau bicara yang sebenarnya karena dia tak percaya. Malah dia menganggapmu gila.)

"Erioiip[p...djjlkjdfggg fdfklj k;lj;dfdfd jkj;jg... fe3regk jpn ddfasdfg dfdgftf..." (Tidak apa-apa. Dia lebih menderita, entah berapa tahun dia dipaksa untuk menelan pil-pil penyembuh kejiwaan itu, hanya karena dulu dia pernah melihatku dalam wujud asliku. Paling tidak, sekarang dia sudah tak mencariku lagi)

"Dfjkloperei erkl;pkp;klewr;k dkpk k;fkh dfadfk..." (Mungkin dia tidak mencari kau di sini, tapi dia akan mencarimu di tempat lain.)

"Dfakldfjlk....werggfdow etirlt gkytk mlmmjpb skpdfklj npfdfsdfdf...." (Kurasa tidak... dia sudah lelah dengan semua kebohongan yang dia dengar tentang kita selama ini.)

Komentar:

Posting Komentar

 
ISTANA ANIME BLOG © Copyright 2010 | Design By Gothic Darkness |